Hiragana (ひらがな、平仮名) adalah suatu cara penulisan bahasa jepang yang mewakili sebutan sukukata. Pada masa silam, ia juga dikenali sebagai onna de
(女手) atau 'tulisan wanita' karena biasa digunakan oleh kaum wanita.
Kaum lelaki pada masa itu menulis menggunakan tulisan kanji dan
katakana. Berdasarkan sejarah, hiragana mula digunakan secara luas pada
abad ke-10 Masehi.
Huruf Hiragana terbentuk dari garis-garis dan coretan-coretan yang melengkung (kyokusenteki). Huruf Hiragana yang digunakan sekarang adalah bentuk huruf yang dipilih dari soogana yang ditetapkan berdasarkan Petunjuk Departemen Pendidikan Jepang tahun 1900.
Sampai
sekarang belum ada pendapat yang pasti mengenai pencipta huruf
Hiragana. Hal ini dijelaskan oleh Sada Chiaki dalam bukunya Atarashii Kokugogaku
bahwa ada pendapat yang menjelaskan pembuat huruf Hiragana adalah
Kooboo Daishi. Tetapi pendapat ini tidak beralasan karena huruf Hiragana
tidak dapat dibuat oleh satu orang dalam satu kurun tertentu.
Hiragana
digunakan untuk menulis kata-kata bahasa Jepang asli atau menggantikan
tulisan Kanji, menulis partikel dan kata bantu kata kerja. Untuk tahap
awal dalam mempelajari bahasa Jepang, hafalkanlah huruf Hiragana
berikut:
Ketentuan Menulis Hiragana
Dalam menulis hiragana, terdapat tiga aturan utama, yakni:
- Pertama-tama, susun huruf untuk membentuk kata yang diinginkan(sudah jelas)
- Konsonan tebal diwakili oleh huruf ‘tsu’ kecilContoh:
- はっきり = (ha)(tsu)(ki)(ri)= hakkiri
- Vokal panjang ditulis dengan menambahkan huruf terkaitContoh:
- おかあさん = (o)(ka)(a)(sa)(n)= okaa-san
Kapan Memakai Hiragana?
Sebagaimana sudah disebut sebelumnya, terdapat tiga jenis pemakaian huruf hiragana dalam bahasa Jepang. Sekarang kita akan lihat bagaimana huruf-huruf tersebut dipakai.
(a) Sebagai Okurigana
Okurigana bisa dibilang sebagai imbuhan/tambahan yang melekat pada dalam sebuah kata bahasa Jepang. Kata yang ditempeli oleh okurigana adalah pokok perhatian — kata ini biasanya ditulis dengan huruf kanji.
Misalnya contoh berikut:
[JAP] 愛するPada contoh di atas, kanji untuk “ai” (愛 ; “love”) diikuti oleh hiragana “suru” (する ; “to do”). Di sini “suru” berperan sebagai imbuhan pembentuk kata kerja, sehingga hasil akhirnya adalah “aisuru” = “to love”.
[JAP] aisuru
[ENG] “to love”
Maka, okurigana-nya adalah する (”suru”).
Contoh yang lain…
[JAP] 白いDi awal mula hanya terdapat kanji 白 (”shiro”), yang berarti “warna putih” (noun). Meskipun demikian, hiragana “i” menjadi imbuhan pembentuk kata sifat — sehingga hasil akhirnya adalah “shiroi” = “berwarna putih”.
[JAP] shiroi
[ENG] “white” (adj.)”, “white-colored”
Dengan demikian, okurigana bisa dibilang sebagai imbuhan pembentuk kelas kata di bahasa Jepang. Mulai dari kata kerja, kata sifat, hingga tenses, semuanya diindikasikan oleh okurigana yang dipakai.
(b) Sebagai Furigana
Furigana adalah petunjuk bagaimana cara membaca suatu kanji. Pada umumnya, sebuah kanji (atau banyak kanji) memiliki lebih dari satu cara pembacaan.
Misalnya kanji berikut:
古谷Lalu, bagaimana dong? Kalau misalnya saya jadi guru, dan harus mengabsen murid, tentunya saya tak bisa ambil resiko salah sebut. (masa “Furuya” jadi “Furutani” ?)
Ini adalah nama keluarga. Bisa dibaca sebagai: Furuya, Furutani, atau Kotani
(mengenai kenapa ini bisa terjadi, kapan-kapan akan saya bahas di tulisan tersendiri tentang Kanji)
Nah, untuk menyelesaikan masalah ini, dibuatlah sistem penulisan furigana. Nama dengan kanji ditulis dengan ukuran normal — sedangkan hiragana ditulis berukuran kecil sebagai pembantu.
Meskipun demikian, terdapat juga penggunaan furigana yang bukan untuk nama. Biasanya teknik ini dipakai di buku pelajaran bahasa Jepang, komik-komik (manga), atau panduan wisata.
Ternyata kanji tersebut dibaca “Furuya”, bukannya “Furutani” atau “Kotani”
Contoh:
Furigana di atas menjelaskan bahwa kalimat tersebut berbunyi: “nihongo ga suki”
(= saya suka bahasa Jepang)
(c) Menuliskan partikel dan honorific
Semua partikel dalam bahasa Jepang ditulis menggunakan hiragana. Di sisi lain, terdapat juga beberapa honorific (sebutan perorangan) yang ditulis menggunakan hiragana, misalnya -kun, -san, -chan, dan -tan.
Meskipun demikian honorific yang lebih formal umumnya ditulis dengan menggunakan kanji — bukan hiragana. Misalnya -dono (殿), -sama (様), dan -sensei (先生).
0 komentar:
Posting Komentar